Rabu, 21 Mei 2014

Mengubah Puisi Menjadi Prosa



KARANGAN BUNGA
                Cut nyak dhien lahir pada tahun 1848 dari keluarga kalangan bangsawan yang sangat taat beragama. Ayahnya bernama Teuku nanta seutia. Leluhur dari pihak ayahnya yaitu panglima nanta adalah keturunan sultan aceh yang pada permulaan abad ke 17 merupakan wakil ratu Tajjul alam di Sumatera barat. Ibunda Cut nyak dhien adalah putri ullebalang bangsawan lampagar.
                Sejak kecil ia memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan agama. Karena pengaruh pendidikan agama yang amat kuat, di dukung suasana lingkungannya. Cut nyak dhien memiliki sifat tabah, teguh pendirian, dan tawakal. Cut nyak dhien dibesarkan dalam lingkungan suasana perjuangan yang amat dahsyat, suasana perang Aceh. Sebuah peperangan yang panjang dan melelahkan, perlawanan yang keras itu semata-mata dilandasi keyakinan agama serta perasaan benci yang mendalam dan meluap-luap kepada kaum kafir.
                Cut nyak dhien dinikahi oleh orang tuanya pada usia belia, yaitu pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim lamnga putra dari ullebalang lamnga. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Jiwa pejuang memang sudah diwarisi Cut nyak dhien dari ayahnya yang seorang pejuang kemerdekaan yang tidak kenal kompromi dengan penjajahan. Dia yang dibesarkan dalam suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Aceh dan Belanda semakin mempertebal jiwa patriotnya.
                Ketika perang Aceh meletus tahun 1873. Suami Cut nyak dhien turut aktif digaris depan sehingga merupakan tokoh peperangan di daerah VI mukim. Karena itu Ibrahim jarang berkumpul dengan istri dan anaknya . Cut nyak dhien mengikhlaskan keterlibatan suaminya dalam peperangan, bahkan menjadi pendorong dan pembakar semangat juang suaminya. Untuk mengobati kerinduan pada suaminya yang berada jauh di medan perang, sambil membuai sang buah hatinya ia menyanyikan syair- syair yang menumbuhkan semangat perjuangan. Ketika sesekali suaminya pulang kerumah, maka yang dibicarakan dan dilakukan Cut nyak dhien tak lain adalah hal- hal yang berkaitan dengan perlawanan terhadap kaum kafir belanda.
                Begitu menyakitkan perasaan Cut nyak dhien akan kematian suaminya yang semuanya bersumber dari kerakusan dan kekejaman colonial belanda. Hati ibu muda itu bersumpah akan menuntut balas kematian suaminya, sekaligus bersumpah hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu usahanya menuntut balas tersebut. Hari- hari sepeninggal suaminya dengan dibantu para pasukannya, dia terus melakukan perlawanan terhadap pasukan belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar