KASIH
IBU
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
            Aku
terlahir dari seorang wanita mulia yaitu seorang ibu. Seorang wanita yang
kukenal sebagai sosok yang kuat, sabar, dan tabah. Wanita yang ku kenal sebagai
penyejuk kehidupanku. Sudah hampir 20 tahun ini ibuku bekerja keras sebagai
penjaga makanan kecil- kecilan untuk menafkahi keluargaku. Seorang ibu
menafkahi keluarga? Mengapa bukan bapak? Seketika berderet pertanyaan akan
muncul di benak. Bapakku hanyaah seorang mantan sopir pribadi yang sudah
berkepala lima dengan sim A yang sudah habis masa berlakunya sejak setahun yang
lalu. Meskipun begitu, beliau tetap bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga
dengan bekerja ala kadarnya atau disebut kerja serabutan, membantu ibuku.
Tetapi tetaplah ibuku yang bekerja setiap hari. Berjualan keliling kompleks
perumahan di daerah kampungku, menjajakan makanan kecil yang ia buat sendiri.
            Beliau
sangat telaten dalam membuat makanan. Makanan yang ia jajakan setiap pagi, yang
juga merupakan suguhan sarapan di pagi hari. Aku tak pernah merasa malu degan
profesi ibuku yang hanya penjual kue, karena disamping itu ia telah
mengajarkanku banyak hal yang berarti untukku.
            “
hidup ini butuh perjuangan nak. Peluh ketabahan kita setiap detik akan selalu
dihargai oleh allah, dan ibu yakin suatu saat perjuangan keras kita ini akan
mendapatkan balasan yang setimpal atau malah lebih. Namun, apapun keadaannya
kita harus selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh allah. Dan
ingat, ibu selalu tulus melakukan ini semua untuk anak- anak ibu.”
            Ya
tuhan! Begitu bijak perkataan ibu. Ketika aku bertanya mengapa dia rela setiap
hari harus bangun sebelum subuh tiba, lalu mulai membuat berbagai macam jenis
roti untuk dijual. Setelah itu ia akan berkeliling, berjalan kaki, berpanas-
panasan, hanya untuk menghidupi anak- anaknya. Air mataku sampai menitik
mendengar itu. Ternyata begitu besar perjuangan ibu dari masa dulu sampai
sekarang ini. Selama 20 tahun berjualan roti. Itu bukanlah waktu yang sebentar.
            Dari
sinilah aku dapat mengambil ilmu yang beliau ajarkan, ilmu tentang sebuah
perjuangan hidup yang panjang. Perjuangan seorang wanita mulia hanya untuk
anak- anaknya. Dan air mataku semakin deras mengalir. Oh ibu.... bagiku kau
adalah pahlawan hidupku, lentera jiwa dikala aku lemah tidak punya pegangan,
dan sosok malaikat dikala aku haus kasih sayang. Terimakasih ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar