Rabu, 21 Mei 2014

Syair



Kehidupan

dunia ini sudah tua
jangan sampai kita ikut celaka
mari kita tingkatkan taqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa

Allah tempat kita bergantung
agar kita selalu beruntung
jangan sampai kita terpasung
jangan bimbang dan jangan pula bingung

hanya Allah yang selalu di hati
tempat kita untuk berbakti
bermunazat dan bersaksi
sampai akhir kiamat nanti

mari kita perbanyak dzikir
kepada Allah yang Maha Basir
agar kita selalu berpikir
dijauhkan dari sifat kikir

semua manusia kan pasti mati
baik petani ataupun menteri
mari kita bercermin diri
agar kita tak sampai merugi

hidup ini hanya sementara
semua makhluk kan pasti binasa
jangan sampai kita tergoda
oleh tipu daya dunia

dunia ini sudah akhir
jangan sampai kita tergelincir
mari kita terus berdzikir
bersama syekh Abdul Qodir

Mengubah Lirik Lagu Menjadi Cerita


KASIH IBU
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

            Aku terlahir dari seorang wanita mulia yaitu seorang ibu. Seorang wanita yang kukenal sebagai sosok yang kuat, sabar, dan tabah. Wanita yang ku kenal sebagai penyejuk kehidupanku. Sudah hampir 20 tahun ini ibuku bekerja keras sebagai penjaga makanan kecil- kecilan untuk menafkahi keluargaku. Seorang ibu menafkahi keluarga? Mengapa bukan bapak? Seketika berderet pertanyaan akan muncul di benak. Bapakku hanyaah seorang mantan sopir pribadi yang sudah berkepala lima dengan sim A yang sudah habis masa berlakunya sejak setahun yang lalu. Meskipun begitu, beliau tetap bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga dengan bekerja ala kadarnya atau disebut kerja serabutan, membantu ibuku. Tetapi tetaplah ibuku yang bekerja setiap hari. Berjualan keliling kompleks perumahan di daerah kampungku, menjajakan makanan kecil yang ia buat sendiri.
            Beliau sangat telaten dalam membuat makanan. Makanan yang ia jajakan setiap pagi, yang juga merupakan suguhan sarapan di pagi hari. Aku tak pernah merasa malu degan profesi ibuku yang hanya penjual kue, karena disamping itu ia telah mengajarkanku banyak hal yang berarti untukku.
            “ hidup ini butuh perjuangan nak. Peluh ketabahan kita setiap detik akan selalu dihargai oleh allah, dan ibu yakin suatu saat perjuangan keras kita ini akan mendapatkan balasan yang setimpal atau malah lebih. Namun, apapun keadaannya kita harus selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh allah. Dan ingat, ibu selalu tulus melakukan ini semua untuk anak- anak ibu.”
            Ya tuhan! Begitu bijak perkataan ibu. Ketika aku bertanya mengapa dia rela setiap hari harus bangun sebelum subuh tiba, lalu mulai membuat berbagai macam jenis roti untuk dijual. Setelah itu ia akan berkeliling, berjalan kaki, berpanas- panasan, hanya untuk menghidupi anak- anaknya. Air mataku sampai menitik mendengar itu. Ternyata begitu besar perjuangan ibu dari masa dulu sampai sekarang ini. Selama 20 tahun berjualan roti. Itu bukanlah waktu yang sebentar.
            Dari sinilah aku dapat mengambil ilmu yang beliau ajarkan, ilmu tentang sebuah perjuangan hidup yang panjang. Perjuangan seorang wanita mulia hanya untuk anak- anaknya. Dan air mataku semakin deras mengalir. Oh ibu.... bagiku kau adalah pahlawan hidupku, lentera jiwa dikala aku lemah tidak punya pegangan, dan sosok malaikat dikala aku haus kasih sayang. Terimakasih ibu.

Pantun



PANTUN

Bubur sum- sum buahnya duku
Buburnya empat di bungkus pita
Assalamu’alaikum saudaraku
Kabar sehat yang aku pinta

Bubur sum- sum ada sembilan
Masih satu dimakan saja
Wa’alaikmusalam hai kawan
Alhamdulillah baik- baik saja

Burung yang indah burung pelikan
Terbang tinggi keatas awan
Daku hanya mengingatkan
Sudahkah engkau sholat hai kawan

Beras itu dari padi
Beras yang baik berwarna ungu
Sudah sholat aku tadi
Bagaimana dengan dirimu


Buah rambutan buah belimbing
Ayo kita makan bersama
Memanglah benar ilmu itu penting
Apalagi ilmu agama

Pohon padi namanya jerami
Padi tua jadilah benih
Hanya segini dari kami
Cukup sekian dan terimakasih

Mengubah Puisi Menjadi Prosa



KARANGAN BUNGA
                Cut nyak dhien lahir pada tahun 1848 dari keluarga kalangan bangsawan yang sangat taat beragama. Ayahnya bernama Teuku nanta seutia. Leluhur dari pihak ayahnya yaitu panglima nanta adalah keturunan sultan aceh yang pada permulaan abad ke 17 merupakan wakil ratu Tajjul alam di Sumatera barat. Ibunda Cut nyak dhien adalah putri ullebalang bangsawan lampagar.
                Sejak kecil ia memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan agama. Karena pengaruh pendidikan agama yang amat kuat, di dukung suasana lingkungannya. Cut nyak dhien memiliki sifat tabah, teguh pendirian, dan tawakal. Cut nyak dhien dibesarkan dalam lingkungan suasana perjuangan yang amat dahsyat, suasana perang Aceh. Sebuah peperangan yang panjang dan melelahkan, perlawanan yang keras itu semata-mata dilandasi keyakinan agama serta perasaan benci yang mendalam dan meluap-luap kepada kaum kafir.
                Cut nyak dhien dinikahi oleh orang tuanya pada usia belia, yaitu pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim lamnga putra dari ullebalang lamnga. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Jiwa pejuang memang sudah diwarisi Cut nyak dhien dari ayahnya yang seorang pejuang kemerdekaan yang tidak kenal kompromi dengan penjajahan. Dia yang dibesarkan dalam suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Aceh dan Belanda semakin mempertebal jiwa patriotnya.
                Ketika perang Aceh meletus tahun 1873. Suami Cut nyak dhien turut aktif digaris depan sehingga merupakan tokoh peperangan di daerah VI mukim. Karena itu Ibrahim jarang berkumpul dengan istri dan anaknya . Cut nyak dhien mengikhlaskan keterlibatan suaminya dalam peperangan, bahkan menjadi pendorong dan pembakar semangat juang suaminya. Untuk mengobati kerinduan pada suaminya yang berada jauh di medan perang, sambil membuai sang buah hatinya ia menyanyikan syair- syair yang menumbuhkan semangat perjuangan. Ketika sesekali suaminya pulang kerumah, maka yang dibicarakan dan dilakukan Cut nyak dhien tak lain adalah hal- hal yang berkaitan dengan perlawanan terhadap kaum kafir belanda.
                Begitu menyakitkan perasaan Cut nyak dhien akan kematian suaminya yang semuanya bersumber dari kerakusan dan kekejaman colonial belanda. Hati ibu muda itu bersumpah akan menuntut balas kematian suaminya, sekaligus bersumpah hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu usahanya menuntut balas tersebut. Hari- hari sepeninggal suaminya dengan dibantu para pasukannya, dia terus melakukan perlawanan terhadap pasukan belanda.

Puisi




IBU


Dalam senyummu kau sembunyikan letihmu
Derita siang dan malam menimpamu
Tak sedetikpun menghentikan langkahmu
Untuk bisa memberi harapan baru bagiku
Aku hanya manusia lemah
Yang membutuhkan kekuatan
Kekuatan cinta kasih dari seorang Ibu
Kekuatan yang lebih dari apapun
Bukan setumpuk emas
Yang dia harapkan dalam kesuksesanku
Bukan gulungan uang
Yang dia minta dalam keberhasilanku
Bukan juga sebatang perunggu dalam kemenanganku
Tapi keinginan hatinya membahagiakanku
Dialah Ibu
Orang yang selalu menjagaku
Tanpa dia aku merasa hampa hidup di dunia ini
Tanpa dia aku bukanlah apa-apa
Terimakasih ibu
Atas apa yang telah kau berikan padaku
Aku akan selalu membahagiankanmu
Hingga akhir hayatku